Skip to content

Cinta Hafal Al Qur’an

Tentang cinta hafal Al-Quran. Cinta itu tumbuh karena terbiasa, bukan dipaksa. Pepatah ini cocok sekali buat kita yang ingin hafal al-quran karena cinta padanya bukan karna dipaksa lingkungan. Banyak sekali ditemui mereka menghafal al-Qur’an bukan didasari dari rasa cinta terhadap al-qur’an itu sendiri. Alasan-alasan yang mereka kemukakan pun beragam, mulai dari “Disuruh orang tua”, atau “Ya kepingin aja sih”, atau mungkin “pengen jadi hafidzoh yang keren katanya“. Astaghfirullah ……

Inilah yang banyak terjadi, banyak para penghafal al-Quran yang hanya hafal saja tanpa tahu maknanya. Padahal kunci menghafal yang paling berharga itu sendiri  adalah adanya rasa cinta terhadap menghafal Al-Qur’an. Dan rasa cinta itu dimulai dari hati yang ikhlas.

Allah berfirman dalam surat Al-Qomar ayat 17, yang Artinya : “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? ”

Pada hakikatnya kondisi dihadapkannya pada suatu masalah seperti susah menghafal atau mudah lupa dalam konteks menghafal al-Quran itu terjadi karena iman kita melemah. Sehingga banyak hal-hal negatif yang mengganggu pikiran kita. Yang menjadikan kita melakukan hal-hal diluar batas kesadaran, atau hal-hal negatif  lain yang di lakukan dengan spontanitas. Sehingga membuat kita malas untuk menghafal Al-Qur’an.

Sudah banyak solusi yang berdatangan dari para ulama mengenai masalah ini, namun bagi saya mungkin hanya satu yang paling akurat. Cobalah berfikir positif, perbanyak pula berdzikir dan berusahalah menstabilkan iman semampu kita. Saat hati tenang, emosi pun akan terkendali dan disitulah saat-saat terbaik dimana ketajaman otak berada dipuncak maksimal.

Ingatan manusia itu ada dua macam : daya ingat jangka pendek dan daya ingat jangka panjang. Kedua ingatan tersebut dapat ditingkatkan dengan meningkatkan daya konsentrasi kita, dibutuhkan semacam pembelajaran bagi otak kita agar otak kita senantiasa berada pada emosi ketenangan. Karena sebuah penelitian yang telah mengkaji masalah ini mengatakan bahwa kebanyakan orang hanya menggunakan otak kirinya saja untuk menghafal. Dan jarang menggunakan otak kanannya. Bahkan mereka tidak menyadari akan hal ini.

Padahal otak kananlah yang memiliki daya tahan lebih lama dan lebih kuat dalam mengingat semua hal yang telah kita hafal. Menyeibangkan otak kiri dan otak kanan sangatlah penting Allah Ta’ala telah berfirman  dalam surat Shaad ayat 29. Artinya: “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya, dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran” Ayat diatas menjelaskan bahwa dengan tadabbur itulah cara yang yang sangat tepat untuk menyeimbangkan otak. Otak kanan itu hanya menerima rangsangan hafalan melalui gambar dan cerita. Sedangkan otak kiri hanya menerima rangsangan hafalan melalui tulisan dan angka. Jadi, solusi yang efektif untuk menghasilkan hafalan yang kuat adalah dengan membaca Al-Qur’an berulang-ulang serta pikirkanlah isi kandungan dan makna-makna yang terkandung didalamnya. Dengan begitu tulsannya kita hafal dan kondisi dan penggambarannya pun kita hafal.

Selain itu di butuh manajemen waktu yang handal agar hafalan Al-Qur’an kita bisa tepat sasaran. Misalnya Ketika bangun malam karena inilah saat-saat dimana otak telah segar kembali setelah beristirahat panjang, atau di pagi hari setelah sholat shubuh. Satu jam sebalum tidur (untuk muroja’ah) Perbanyaklah membacanya saat shalat fardhu maupun sunnah, Jangan menghafal disaat perut sangat lapar ataupun kenyang karena tubuh kita sedang bergotong-royong membantu alat pencernaan untuk mencerna makanan kita  dengan baik. Terakhir, sesungguhnya menghafal Al-Qur’an itu mudah, dan tidak ada kata terlambat bagi mereka yang merasa terlambat dengan alasan karena faktor usia, kesibukan dan yang lainnya. Dalam ushul fiqh disebutkan “Keyakinan itu bisa menghilangkan keraguan”. Artinya, mantapkan diri sepenuh hati niscaya akan mencapai mimpi maksimal begitu pula untuk menghafal Al-Qur’an hingga 30 juz bukan hal yang sulit jika kita percaya bahwa kita bisa.

Oleh: Devi Yulianti Wafiah